Senin, 05 Desember 2016

Makalah Sejarah Dakwah PADA MASA KHULAFAURRASYIDIN (Ustman Bin Affan)

I.                   PENDAHULUAN
Utsman bin Affan, salah satu shahabat Nabi Muhammad dan dikenal sebagai khalifah Rasulullah yang ketiga. Pada masa Rasulullah masih hidup, Utsman terpilih sebagai salah satu sekretaris Rasulullah sekaligus masuk dalam Tim penulis wahyu yang turun dan pada masa Kekhalifahannya Al Quran dibukukan secara tertib.
Kekerabatan Utsman dengan Muhammad Rasulullah bertemu pada urutan silsilah ‘Abdu Manaf,  Rasulullah berasal dari Bani Hasyim sedangkan Utsman dari kalangan Bani Ummayah. Antara Bani Hasyim dan Bani Ummayah sejak jauh sebelum masa kenabian Muhammad, dikenal sebagai dua suku yang saling bermusuhan dan terlibat dalam persaingan sengit dalam setiap aspek kehidupan. Maka tidak heran jika proses masuk Islamnya Utsman bin Affan dianggap merupakan hal yang luar biasa, populis, dan sekaligus heroik.[1]
Usman Bin Affan adalah termasuk saudagar besar dan kaya dan sangat pemurah menafkahkan kekayaannya untuk kepentingan umat islam. Usman dianggap menjadi Kholifah hasil dari pemilihan panitia enam yang ditunjuk oleh Kholifah Umar bin Khattab menjelang beliau akan meninggal.
Ustman bin Affan wafat pada usia 82 tahun, meninggalnya karena tikaman pedang Humran bin Sudan, saat beliau membaca Al-Qur'an. yang tidak puas hati dengan pemerintahannya Ustman.[2]

II.                RUMUSAN MASALAH
a.       Siapakah Ustman Bin Affan ?
b.      Bagaimana sejarah pengangkatan Ustman Bin Affan ?
c.       Apa saja prestasi Utsman Bin Affan?
d.      Bagaimana peristiwa terbunuhnya Ustman Bin Affan ?


III.             PEMBAHASAN
A.    Biografi Utsman bin Affan
Utsman adalah seorang yang rupawan, lemah lembut, mempunyai jenggot yang lebat, berperawakan sedang, mempunyai tulang persendian yang besar, berbahu bidang, berabut lebat, bentuk mulut bagus yang berwarna sawo matang.[3] Pada masa jahiliyah ia disebut dengn nama panggilan Abu Amr. Setelah masa Islam, ia lebih sering dipanggil Abu Abdullah yang diambil dari nama putranya dari Ruqayah binti Rasulullah, ada juga yang bilang pada masa jhiliyah ia sering dipanggil Abu Layla, karena kelembutan dan keramahannya kepada sesame.[4]
Utsman bin Affan lahir pada tahun 574 M. ia merupakan keturunan dari Bani Umayyah. Nama lengkapnya adalah Utsman bin Affan Al-Amawi Al-Qoarisyi. Ibunya bernama Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Abu Bakar adalah orang yang telah mengajak untuk masuk Islam, dan iapun  menerima ajakan tersebut. Ia termasuk golongan Assabiqunal Awwalun (golongan pertama yang masuk Islam) hingga Rasulullah dapat menggambarkan bahwa Utsman bin Affan merupakan seseorang yang memiliki pribadi yang paling jujur dan rendah hati diantara kaum muslimin.
Setelah dewasa ia menikahi putrid Rasulullah, Sayyidah Ruqayah r.a. dan ketika Ruqayah meninggal dunia karena sakit yang dideritanya, Rasulullah menikahkan Utsman kepada putrinya yang lain, Ummu Kultsum r.a. usia pernikahan Utsman dengan Ummu Kultsum pun tidak berlangsung lama, seakan-akan Utsman bin Affan memang disiapkan untuk terus-menerus menghadapi kesedihan. Pada tahunkesembilan hijriyah, Allah memanggil Ummu Kultsum ke haribaannya. Selama hidupnya, Utsman pernah menikah dengan delapan wanita. Dari pernikahan itu ia dikaruniai Sembilan putra dan enam putri.[5] Oleh sebab itu, ia mendapat julukan Dzunnurain yang berarti yang mendapat dua cahaya. Julukan ini didapatkannya karena beliau menikahi puteri kedua dan ketiga Rasulullah saw. Yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum.
Ketika wafat, Utsman bin Affan meniggalkan 3 orang istri, yaitu Ummu al-Banin, Fakhitah dan Nailah. Ketiga anaknya yang meninggal ketika masih kecil adalah: Abdullah, Abdullah Tsani, dan Abdul Malik. Sedangkan yang lain telap hidup, yaitu: Amr, Khalid, Ibban, Umar, al-Walid, dan Said. Anak-anaknya yang lain tidak begitu berpengaruh dengan sejarah.[6]
B.     Sejarah kepemimpinan Utsman bin Affan
Sebelum meninggal, Umar telah menunjuk enam anggota dewan syura untuk memusyawarahkan pemerintahan khalifah sepeninggalnya. Ia berwasiat agar setelahnya dipilih dari enam calon tersebut. Mereka adalah Utsmn bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Sa’d bin ABi Waqqash, Zubair bin Awwam dan Thalhal bin Ubaidillah. Mereka diminta berkumpul disebuah rumah dipandu oleh Abdullah bin Umar yang tidak termasuk anggota dewan .[7] mereka disana saling mmengutarakan pilihannya masing-masing dengan berbagai pro dan kontra disetiap yang mereka pilih.
Musyawarah tidak mencapai kata sepakat karena dua sahabat terpilih sama-sama tidak mau mengajukan dirinya untuk dibaiat. Selama masa penetapan itu Abdurrahman bin Auf berkeliling meminta pendapat para sahabat terkemuka, para pemimpin pasukan, para pendatang di Madinah, termasuk juga kepada kaum wanita, anak-anak dan para budak. Ternyata kebanyakan memilih Utsman.[8]
Dalam riwayat lain disebutkn bahwa Abdurrahman ibn Auf berkata kepada Ali sambil memegang tangannya, “Engkau punya hubungan kerabat dengan Rasulullah dan sebagaimana diketahui, engkau lebih dahulu masuk Islam. Demi Allah, jika aku memilihmu, engkau mesti berbuat adil. Dan jika aku memilih Utsman, engkau mesti patuh dan taat”. Kemudian ibn Auf menyampaikan hal yang sama kepada lima sahabat lainnya.[9] Dan pada akhirnya utsmanlah yang menjadi khalifah selanjutnya dan iapun menerima pembaiatan yang dilakukan oleh Abdurrahman.

C.    Prestasi Utsman bin Affan
1.      Berbagai Ekspansi yang dilakukan pada Masa Utsman bin Affan
Pada masa pemerintahan Utsman ibn Affan, ia menaklukan berbagai wilayah, yang diantaranya yaitu: Persia, Azerbeijan Syria, Qabrash, dan afrika. Dalam berbagai ekspansi yang dilakukan pada masa pemerintahan Utsman ibn Affan memuncukan berbagai perbedaan dalam qiraah Al-Qur’an yang pada dasarnya setiap daerah memiliki dialek bahasa tersendiri, dan setiap kelompok umat islam mengikuti qiraah para sahabat terkemuka. Seiring perubahan zaman dan perbedaan latar belakang social budaya masyarakat islam, persoalan itu semakin meruncing dan berujung pada persoalan akidah akiat dari perbedaan gaya da qiraah Al-Qur’an.
2.      Kodifikasi Al-Qur’an
Karena berbagai persoalan yang muncul, pada akhirnya mendorong Utsman untuk berijtihad melakukan sesuatu hal yang benar-benar baru. Pada akhir 24 H dan awal 25 H. Utsman mengumpulkan para sahabat dan empat oang diantar mereka untuk menyusun mushaf yang akan menjadi rujukan semua umat Islam. Panitia kodifiksiitu bekerja sangat cermat dan hati-hati. Mereka menghimpun berbagai qirah yang ada ditengah umat kemudian memilih salah satunya yang dianggap palig percaya.
Kodifikasi yang pertama berlangsung pada masa Nabi Muhammad namun terbatas pada penulisan ayat, dan peletakannya pada tempat tertentu.ayat-ayat itu ditulisan pada berbagai media, seperti lempengan batu, tulang pipih, pelepah kurma dan media-media lainnya yang didapatkan oleh para sahabat.
Kodifikasi kedua dilakukan oleh Abu Bakar al-Shiddiq atas usulan beberapa sahabat, terutama Umar ibn Khattab, yang menghawatirkan kepunahan Al-Qur’an karena banyaknya para penghafal al-Qur’an yang terbunuh di medan perang.


Kodifikasi terakhir dilakukan pada masa Utsman ibn Affan yang dilakukan melalui beberapa tahapan. Panitia mengumpulkan semua lembaran Al-Qur’an yang dimiiki para sahabat dan menjadikan mushaf yang disimpan oleh Hafshah sebagai rujukan. 
D.  Peristiwa Terbunuhnya Ustman Bin Affan
Ustman bin Affan telah menegaskan agar semua orang yang ada di dalam rumah beliau agar kembali ke rumah mereka masing-masing maka mereka pun pergi. Di saat tidak ada lagi orang yang bersama beliau kecuali keluarganya, para pembrontak masuk ke dalam rumah melalui pintu dan jendela. Lalu Ustman memulai mengejarkan shalat dan membaca surat Thaha denagan bacaan yang cepat sehingga beliau menyelesaikan bacaannya. Sementara orang-orang sedang berusaha masuk sehingga pintu dan atap tempat beliau terbakar. Mereka khawatir jika api menjelar ke Baitul Mal. Setelah Ustman  menyelesaikan sholatnya, beliau duduk sambil memegang mushaf lalu membaca Al-Qur’an pada ayat,
     
ٱلَّذِينَ قَالَ لَهُمُ ٱلنَّاسُ إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدۡ جَمَعُواْ لَكُمۡ فَٱخۡشَوۡهُمۡ فَزَادَهُمۡ إِيمَٰنٗا وَقَالُواْ حَسۡبُنَا ٱللَّهُ وَنِعۡمَ ٱلۡوَكِيلُ ١٧٣

“(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." (Ali Imran:173)[10]

Orang yang pertama masuk adalah seseorang lelaki yang bernama al-Mautul Aswad lalu ia mencekik Ustman bin Affan dengan sekuat-kuatnya sehingga beliau terjatuh pingsan dan nafas beliau tersengal-sengal di dada. Lalu ia tinggalkan karena mengira Ustman telah terbunuh. Kemudian masuklah Ibnu Abu Bakar lalu ia memegang janggutnya dan tiba-tiba ia menyesal dan keluar. Lalu masuk yang lain dan menebasnya dengan pedang. Dikatakan bahwa orang tersebut memenggalnya sampai putus dan yang lain mengatakan bahwa memenggalnya namun tidak putus. Hanya Ustman berkata, “Demi Allah inilal tangan pertama yang membunuhnya”
Kemudian datang yang lain sambil menghunus pedang lalu dihadang oleh Nailah binti al-Farafishah dengan pedang lantas pendang tersebut di rebut oleh lelaki tersebut sehingga jemari Nailah putus. Kemudian lelaki tersebut mendekati Ustman lalu menikamkan perut beliau. Lelaki tersebut bernama Saudan bin Humran. Lalu seorang pembantu Ustman datang dan membunuh Saudan dan pembantu tersebut di bunuh orang lain yang bernama Qutairah.
Kemudian para pembrontak tersebut mengalihkan perhatian kepada harta yang ada di dalam rumah tersebut. Seseorang diantara mereka berteriak, “jika darahnya halal berarti hartanya juga halal.” Maka yang lain mulai tertarik dengan hal tersebut, lalu mereka kunci ruangan Ustman itu beserta korban yang ada di dalamnya. Ketika mereka masuk ke ruangan tengah, Qutairah di cegat oleh pembantu Ustman lalu mebunuhnya dan yang lain menjarah apa saja yang mereka temui sampai-sampai seseorang yang bernama Katsum at-Tujaiby menjarah baju-baju Nailah namun pembantu Ustman sigap membunuhnya dan pembantu tersebut pun ikut tewas.
Kemudian seseorang berteriak, “pergilah ke Baitul Mal jangan sampai kalian ketinggalan.” Hal tersebut didengar oleh para penjaga Baitul Mal lalu mereka berkata, “ayo menghindar! Mereka sedang haus harta dunia.” Maka pembrontak tersebut menyerbu dan orang-orang Khawarij menjarah harta Baitu Mal yang jumlahnya sangat banyak.[11]












IV.             KESIMPULAN
Utsman bin Affan lahir pada tahun 574 M. ia merupakan keturunan dari Bani Umayyah. Nama lengkapnya adalah Utsman bin Affan Al-Amawi Al-Qoarisyi. Ibunya bernama Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Abu Bakar adalah orang yang telah mengajak untuk masuk Islam, dan iapun  menerima ajakan tersebut. Ia termasuk golongan Assabiqunal Awwalun
Sebelum meninggal, Umar telah menunjuk enam anggota dewan syura untuk memusyawarahkan pemerintahan khalifah sepeninggalnya. Ia berwasiat agar setelahnya dipilih dari enam calon tersebut. Mereka adalah Utsmn bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Sa’d bin ABi Waqqash, Zubair bin Awwam dan Thalhal bin Ubaidillah. Mereka diminta berkumpul disebuah rumah dipandu oleh Abdullah bin Umar yang tidak termasuk anggota dewan .[12] mereka disana saling mmengutarakan pilihannya masing-masing dengan berbagai pro dan kontra disetiap yang mereka pilih

V.                PENUTUP
Semoga makalah yang serba terbatas ini bisa bermanfaat bagi kita semua, barokah ilmunya Amiinnn, kritik dan saran dari teman-teman semua kita tampung dan  kami sangat butuhkan guna bisa pengembangan yang lebih baik dan jauh lebih baik dari sebelumnya, Terimakasih



[1]http://evifitriyeni-sejarahdakwah.blogspot.co.id/ Di akses pada tanggal 27 Oktober 2015, pukul 14.40
[3] Ibnu Katsir, Al-Bidayah Wan Nihayah Masa Khalifah’ur Rasyidin, (Jakarta: PT. Darul Haq, 2004) hlm. 319
[4] Musthafa Murad, Kisah Hidup Utsman ibn Affan, (Jakarta: PT. Zamar, 2007), hlm. 13
[5] Musthafa Murad…, hlm. 55-56
[6] Musthafa Murad…, hlm. 56
[7] Musthafa Murad…, hlm. 58
[8] Musthafa Murad…, hlm. 60
[9] Musthafa Murad…, hlm. 61
[10]Qur’an In Word
[11] Ibnu Katsir, AL Bidayah Wan Nihayah, Darul Haq, Jakarta: 2005, hlm. 390-391
[12] Musthafa Murad…, hlm. 58

Tidak ada komentar:

Posting Komentar